PASANG SURUT AIR LAUT
Pengertian
Pasang Surut
Perairan pantai
meliputi perairan di daerah paparan benua dan perairan semi tertutup. Pasang
surut di daerah pantai merupakan pasang surut yang menjalar dari laut yang
terbuka/ lepas, sehingga di daerah ini komponen pasang surutnya seperti elevasi
dan arus pasang surut mengalami perubahan jika dibandingkan dengan perairan
dalam. Biasanya magnitudo bertambah bahkan terkadang dengan faktor yang besar
apabila terjadi resonansi antara perioda pasut dan perioda alami perairan
darat. Arus pasut di paparan benua dapat menjadi lebih besar (Fadillah, dkk.,
2014).
Pasang surut merupakan
suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang
diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik benda-benda astronomi
terutama oleh bumi, bulan dan matahari. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh dan ukurannya lebih kecil. Faktor non
astronomi yang mempengaruhi pasang surut terutama di perairan semi tertutup
seperti teluk adalah bentuk garis pantai dan topografi dasar perairan
(Musrifin, 2011).
Meskipun
massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya
terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi
lebih besar daripada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang
mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari. Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet,
bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan oleh aksi gravitasi
benda-benda di luar materi itu berada. Distribusi
Gaya Pembangkit Pasang Surut Sistem Bumi Bulan (Mahatmawati, 2009).
Puncak gelombang
disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan
vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal
range). Pasang surut sering disingkat dengan pasut adalah gerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, dimana
matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dibandingkan dengan bulan,
tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km) sedangkan bulan
sebagai satelit bumi berjarak (rata-rata 381.160 km). Dalam mekanika alam
semesta jarak sangat menentukan dibandingkan dengan massa, oleh sebab itu bulan
lebih mempunyai peran besar dibandingkan matahari dalam menentukan pasut.
Secara perhitungan matematis daya tarik bulan 2,25 kali lebih kuat
dibandingkan matahari (Yuningsih,
2012).
Periode Pasang Surut
Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika
bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat tersebut terjadi
pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang
purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani(neap
tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada
saat tersebut terjadi pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang
surut perbani ini terjadi pada saat bulan ¼ dan ¾ (Musrifin, 2011).
Gaya-gaya pembangkit pasang surut ditimbulkan oleh gaya
tarik menarik bumi, bulan dan matahari. Gaya
tarik menarik antara bumi dan bulan tersebut menyebabkan sistem bumi-bulan menjadi
satu sistem kesatuan yang beredar bersama-sama sekeliling sumbu perputaran bersama
(common axis of revolution). Pembentukan pasang surut air laut sangat dipengaruhi
oleh gerakan utama matahari dan bulan, yaitu :
1.
Revolusi bulan terhadap bumi, dimana orbitnya berbentuk elips dan memerlukan periode untuk menyelesaikan revolusi itu
selama 29,5 hari.
2.
Revolusi bumi terhadap matahari dengan orbitnya berbentuk elips, periode yang
diperlukan adalah 365,25 hari.
3. Perputaran bumi terhadap sumbunya
sendiri, periode yang diperlukan untuk gerakan
ini adalah 24 jam (Fadillah, dkk., 2014).
Tipe
Pasang Surut
Tipe pasang surut
ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Suatu
perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari,
kawasan tersebut dikatakan bertipe pasang surut harian tunggal (diurnal
tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari,
maka tipe pasang surutnya disebut tipe harian ganda (semi diurnal tides).
Tipe pasang surut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda
disebut dengan tipe campuran (mixed tides) dan tipe pasang surut ini
digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran dominasi ganda dan tipe
campuran dominasi tunggal. Selain dengan melihat data pasang surut yang diplot
dalam bentuk grafik, tipe pasang surut juga dapat ditentukan berdasarkan
bilangan formzahl (F) (Musrifin,
2011).
Secara kuantitatif,
tipe pasut suatu perairan dapat ditentukan oleh nisbah (perbandingan) antara
amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasut tunggal utama dengan amplitudo
unsur-unsur pasut ganda utama. Nisbah ini dikenal sebagai bilangan Formzahl yang
mempunyai formula sebagai berikut:
A01+AK1
F =
AM2+AS2
Keterangan:
A01
= amplitudo komponen pasut
tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1
= amplitudo komponen pasut
tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan surya
AM2
= amplitudo komponen pasut
ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2
= amplitudo komponen pasut ganda
utama yang disebabkan oleh gaya tarik surya
(Pariwono, 2001).
(Pariwono, 2001).
Komponen-komponen Pasang Surut
Pasut terdiri dari
berbagai komponen yang dapat dikelompokkan menurut siklusnya, seperti komponen
pasut harian (diurnal), tengah-harian (semi diurnal), atau komponen perempat
harian (quarternal). Komponen-komponen pasut tersebut (terutama dua komponen
yang pertama) menentukan tipe pasut di suatu perairan. Jika perairan tersebut mengalami satu kali
pasan dan surut perhari, maka tipe kawasan bertipe pasut tunggal. Jika terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, maka pasutnya dikatakan
bertipe pasut ganda. Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda, dan dikenal sebagai
pasut campuran (Pariwono, 2001).
Komponen-komponen utama
pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Bulan berputar
mengelilingi bumi sekali dalam 24 jam 51 menit, dengandemikian tiap siklus
pasang surut mengalami kemunduran 51 menit setiap harinya. Untuk menentukan
jenis pasang surut pada suatu daerah maka perlu dilakukan analisa pasang surut.
Analisa pasang surut memerlukan data amplitudo dan tinggi pasang surut selama
dua minggu yaitu satu siklus pasang surut (Musrifin, 2011).
Meskipun ukuran bulan
lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar
daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak
bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik
air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge)
pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan
oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Mahatmawati, 2009).
Saat
pasang purnama (spring tide) terlihat adanya gradien kemiringan elevasi
muka air baik saat pasang maupun surut. Gradien tersebut cukup besar terutama 2
- 5 jam setelah air mulai pasang dari keadaan surut minimum dan saat 2 - 5 jam
setelah air mulai surut dari keadaan pasang maksimum. Kondisi ini akan dikuti
oleh meningkatnya kecepatan arus, pada kondisi ini kecepatan arus akan mencapai
kondisi maksimum. Sedangkan
pada saat kondisi pasang maksimum dan surut minimum kecepatan arus relatif
kecil atau mendekati nol (slack water). Pada pasang purnama lama waktu slack
water di perairan Selat Pantar sekitar 1 - 2 jam (Yuningsih, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah., Suripin
dan D. P. Sasongko. 2014. Menentukan Tipe Pasang Surut dan Muka Air Rencana
Perairan Laut Kabupaten Bengkulu tengah Menggunakan Metode Admiralty. Jurnal
Maspari. 6 (1): 1-2.
Mahatmawati, A. D., M. Efendy
dan A. D. Siswanto. 2009. Perbandingan Fluktuasi Muka Air Laut Rerata (MLR) di
Perairan Pantai Utara Jawa Timur Dengan Peraira Pantai Selatan Jawa Timur.
Jurnal Kelautan. 2 (1). ISSN: 1907-9931.
Musrifin.
2011. Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesid Dumai. Jurnal Perikanan
dan Kelautan. 16 (1): 48-55.
Pariwono, J. I. 2011. Kondisi
Oseanografi Perairan Lampung. Jurnal Proyek Pesisir.
Yuningsih,
A. 2012. Potensi Arus Laut Untuk Pembangkit Energi Baru Terbarukan di Selat
Pantar, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar