Praktikum Dasar
Oseanografi
DASAR
OSEANOGRAFI
(Sifat Umum Air
Laut : Densitas, Temperatur, dan Salinitas)
Oleh:
AZIZA FADHLIN
150302085
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
DASAR
OSEANOGRAFI
(Sifat
Umum Air Laut : Densitas, Temperatur, dan Salinitas)
Kata
oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus (samudera)
dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi
tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari sekedar
deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan berbagai
disiplin ilmu jika ingin diungkapkan. Oseanografi sendiri seringkali
diungkapkan berdasarkan empat kategori keilmuan yaitu fisika, biologi, kimia,
dan geologi. Oseanografi fisis khusus mempelajari segala sifat dan karakter
fisik yang membangun sistem fluidanya. Oseanografi biologi mempelajari sisi
hayati samudera guna mengungkap berbagai siklus kehidupan organisme yang hidup
di atau dari samudera. Oseanografi kimia melihat berbagai proses aksi dan
reaksi antar unsur, molekul, atau campuran dalam sistem samudera yang
menyebabkan perubahan zat secara reversibel atau ireversibel. Dan oseanografi
geologi memfokuskan pada bangunan dasar samudera yang berkaitan dengan struktur
dan evolusi cekungan samudera (Supangat dan Susana, 2009).
Temperatur dan salinitas
merupakan 2 properti air laut yang terpenting, karena keduanya mempengaruhi
densitas yang merupakan faktor utama yang membangkitkan pergerakan vertikal air
laut. Densitas air laut secara normal akan bertambah terhadap kedalaman. Jika
densitas permukaan lebih tinggi dari pada densitas air dibawahnya, maka terjadi
kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun dan tenggelam.
Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi dan jumlah panas yang
kembali diradiasikan ke atmosfir. Semakin panas permukaan maka semakin banyak
insolansi matahari. Panas di air laut akan ditransfer ke daerah lain secara
konduksi dan konveksi bersamaan dengan pergerakan sirkulasi termohalin Temperatur,
salinitas dengan densitas memiliki hubungan yang sangat erat, dimana densitas
akan meningkat jika salinitas bertambah atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak
selamanya densitas meningkat seiring dengan penurunan suhu, hal ini karena
adanya sifat anomali pada air (Yuliantosuteja, 2012).
1.
Temperatur
Suhu
permukaan laut tergantung pada beberapa faktor seperti presipitasi, evaporasi,
kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang
terjadi didalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan
yang dapat menurunkan suhu permukaan air laut, sedangkan evaporasi dapat
meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan
permukaan perairan. Evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 ⁰C pada lapisan
permukaan hingga kedalaman 10 meter dan hanya kira-kira 0,12 ⁰C pada kedalaman 10-75
meter. Suhu air laut terutama pada lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan
matahari yang intensitasnya berubah-ubah setiap waktu (Jumiarti, dkk., 2014).
Temperatur
permukaan laut tergantung pada insolasi, dan penentuan jumlah panas yang
kembali diradiasikan ke atmosfer: Semakin panas permukaan maka semakin banyak
radiasi baliknya. Panas juga ditransfer di sepanjang permukaan laut melalui
konduksi dan konveksi serta pengaruh penguapan.
Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya maka panas dapat
ditransfer dari laut ke udara. Biasanya permukaan laut lebih panas dari udara
diatasnya sehingga terdapat sejumlah panas yang hilang dari laut melalui
konduksi. Kehilangan tersebut relatif tidak penting untuk total panas lautan
dan pengaruhnya dapat diabaikan kecuali untuk pencampuran konvektif oleh angin
yang memindahkan udara hangat dari permukaan laut. Penguapan (transfer air ke
atmosfer sebagai uap air) adalah mekanisme utama dimana laut kehilangan
panasnya yaitu sekitar beberapa magnitude dibandingkan yang hilang melalui
konduksi dan pencampuran konvektif (Supangat dan Susana, 2009).
Suhu menurun
secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah
atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang
masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif
konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C. Suhu mengalami perubahan secara
perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai
lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas
matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak
berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan
permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan
sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000
meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang
tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan
biasanya berkisar antara 2-4o C. Faktor yang memengaruhi suhu
permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted),
intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air,
sirkulasi udara, dan penutupan awan (Anzari, 2013).
2.
Salinitas
Distribusi salinitas di
perairan sangat dipengaruhi oleh kedalaman, arus pasut, aliran permukaan,
penguapan dan sumbangan jumlah air tawar yang masuk keperairan laut. Secara
umum distribusi salinitas dilapisan tercampur permukaan atau “Mixed layer” menunjukkan nilai relatif
lebih rendah dari pada di lapisan dalam. Salinitas merupakan faktor penting
bagi penyebaran organisme perairan laut dan oksigen dapat merupakan faktor
pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup didalam air (Jumiarti, dkk.,
2014).
Salinitas rata-rata
laut mendekati 35 o/oo terhadap berat. Sebelas ion-ion utama membentuk 99,9%
unsur terlarut: Cl-, Na+, SO42-, Mg+,
Ca2+, K+, HCO3-, Br-, H2BO3-,
Sr2+ dan F-. Jumlah relative elemen dalam larutan air
laut sangat berbeda dengan jumlahnya dalam batuan kerak, karena perbedaan ke
larutan dalam larutan yang terbentuk pada masa pelapukan di darat dan aktivitas
hidrotermal lantai laut. Salinitas bervariasi di tiap
tempat di lautan, tetapi jumlah relatifnya kebanyakan unsur terlarut (rasio
ionik) tetap konstan. Penguapan dan presipitasi dapat mengubah total salinitas
tetapi tidak mempengaruhi
komposisi konstannya (Supangat dan Susana, 2009).
Secara
ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada
setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas
di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau
komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan
pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air
laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan
proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Setiawan, 2013).
3.
Densitas
Densitas merupakan
salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Densitas, ρ
didefinisikan sebagai massa per satuan volume (g cm-3). Densitas air laut
tergantung pada suhu (t) dan salinitas (s) sampel dan juga tekanan air laut ρ
sebagai hasil dari kompresibilitas air. Temperatur, salinitas dengan densitas
memiliki hubungan yang sangat erat, dimana densitas akan meningkat jika
salinitas bertambah atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak selamanya densitas
meningkat seiring dengan penurunan suhu, hal ini karena adanya sifat anomali
air (Jumiarti, dkk., 2014).
Massa-massa air analog dengan massa-massa udara.
Dapat dikenali dari kombinasi karakteristik temperatur dan salinitas dan properti
lain. Batas massa-massa air berkaitan terhadap sistem arus permukaan oleh
angin. Massa air bawah permukaan mempunyai kisaran temperatur dan salinitas
yang kecil yang diperoleh dari kondisi permukaan daerah sumber dimana massa air
tersebut terbentuk dan turun akibat peningkatan densitas. Gerakan massa air
bawah permukaan dibangkitkan oleh densitas dan disebut sirkulasi termohalin. Temperatur
dan salinitas mengontrol densitas, tetapi tekanan juga merupakan faktor
penting. Tekanan bertambah secara linear terhadap kedalaman di laut karena
sifat kemampatan air. Udara dingin naik secara adiabatik akibat ekspansi dengan
turunnya tekanan. Air dipanaskan secara adiabatik akibat peningkatan tekanan dan
sedikit pernambahan kemampatan terhadap kedalaman. Temperatur potensial (θ) air
adalah pengukuran temperatur insitu setelah dikoreksi pemanasan
adiabatic (Supangat dan Susana, 2009).
Sumber
Referensi:
Supangat, A dan
Susana. 2009. Pengantar Oseanografi. Universitas Diponegoro, Semarang
Jumiarti,
A. Pratomo dan D. Apdillah. 2014. Pola Sebaran Salinitas dan Suhu di Perairan
Teluk Riau Kota Tajung Pinang Provinsi Kepulauan Riau
Yuliantosutejo.
2012. Penggunaan Softwere Ocean Data Vie (OVD). Universitas Sriwijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar