Kamis, 10 November 2016

SIFAT UMUM AIR LAUT

Praktikum Dasar Oseanografi
DASAR OSEANOGRAFI
(Sifat Umum Air Laut : Densitas, Temperatur, dan Salinitas)

Oleh:

AZIZA FADHLIN
150302085








Description: C:\Users\G40-30\Pictures\images.jpg















PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

DASAR OSEANOGRAFI
(Sifat Umum Air Laut : Densitas, Temperatur, dan Salinitas)
Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus (samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan. Oseanografi sendiri seringkali diungkapkan berdasarkan empat kategori keilmuan yaitu fisika, biologi, kimia, dan geologi. Oseanografi fisis khusus mempelajari segala sifat dan karakter fisik yang membangun sistem fluidanya. Oseanografi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai siklus kehidupan organisme yang hidup di atau dari samudera. Oseanografi kimia melihat berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul, atau campuran dalam sistem samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversibel atau ireversibel. Dan oseanografi geologi memfokuskan pada bangunan dasar samudera yang berkaitan dengan struktur dan evolusi cekungan samudera (Supangat dan Susana, 2009).
 Temperatur dan salinitas merupakan 2 properti air laut yang terpenting, karena keduanya mempengaruhi densitas yang merupakan faktor utama yang membangkitkan pergerakan vertikal air laut. Densitas air laut secara normal akan bertambah terhadap kedalaman. Jika densitas permukaan lebih tinggi dari pada densitas air dibawahnya, maka terjadi kondisi gravitasi tidak stabil dan air permukaan akan turun dan tenggelam. Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi dan jumlah panas yang kembali diradiasikan ke atmosfir. Semakin panas permukaan maka semakin banyak insolansi matahari. Panas di air laut akan ditransfer ke daerah lain secara konduksi dan konveksi bersamaan dengan pergerakan sirkulasi termohalin Temperatur, salinitas dengan densitas memiliki hubungan yang sangat erat, dimana densitas akan meningkat jika salinitas bertambah atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak selamanya densitas meningkat seiring dengan penurunan suhu, hal ini karena adanya sifat anomali pada air (Yuliantosuteja, 2012).

1.    Temperatur
Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor seperti presipitasi, evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika yang terjadi didalam kolom perairan. Presipitasi terjadi di laut melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan air laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari udara ke lapisan permukaan perairan. Evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,1 C pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 meter dan hanya kira-kira 0,12 C pada kedalaman 10-75 meter. Suhu air laut terutama pada lapisan permukaan ditentukan oleh pemanasan matahari yang intensitasnya berubah-ubah setiap waktu (Jumiarti, dkk., 2014).
Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi, dan penentuan jumlah panas yang kembali diradiasikan ke atmosfer: Semakin panas permukaan maka semakin banyak radiasi baliknya. Panas juga ditransfer di sepanjang permukaan laut melalui konduksi dan konveksi serta pengaruh penguapan.  Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya maka panas dapat ditransfer dari laut ke udara. Biasanya permukaan laut lebih panas dari udara diatasnya sehingga terdapat sejumlah panas yang hilang dari laut melalui konduksi. Kehilangan tersebut relatif tidak penting untuk total panas lautan dan pengaruhnya dapat diabaikan kecuali untuk pencampuran konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat dari permukaan laut. Penguapan (transfer air ke atmosfer sebagai uap air) adalah mekanisme utama dimana laut kehilangan panasnya yaitu sekitar beberapa magnitude dibandingkan yang hilang melalui konduksi dan pencampuran konvektif (Supangat dan Susana, 2009).
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C. Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C. Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca, kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Anzari, 2013).
2.    Salinitas
Distribusi salinitas di perairan sangat dipengaruhi oleh kedalaman, arus pasut, aliran permukaan, penguapan dan sumbangan jumlah air tawar yang masuk keperairan laut. Secara umum distribusi salinitas dilapisan tercampur permukaan atau “Mixed layer” menunjukkan nilai relatif lebih rendah dari pada di lapisan dalam. Salinitas merupakan faktor penting bagi penyebaran organisme perairan laut dan oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup didalam air (Jumiarti, dkk., 2014).
Salinitas rata-rata laut mendekati 35 o/oo terhadap berat. Sebelas ion-ion utama membentuk 99,9% unsur terlarut: Cl-, Na+, SO42-, Mg+, Ca2+, K+, HCO3-, Br-, H2BO3-, Sr2+ dan F-. Jumlah relative elemen dalam larutan air laut sangat berbeda dengan jumlahnya dalam batuan kerak, karena perbedaan ke larutan dalam larutan yang terbentuk pada masa pelapukan di darat dan aktivitas hidrotermal lantai laut.  Salinitas bervariasi di tiap tempat di lautan, tetapi jumlah relatifnya kebanyakan unsur terlarut (rasio ionik) tetap konstan. Penguapan dan presipitasi dapat mengubah total salinitas tetapi tidak mempengaruhi komposisi konstannya (Supangat dan Susana, 2009).
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Setiawan, 2013).
3.    Densitas
Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Densitas, ρ didefinisikan sebagai massa per satuan volume (g cm-3). Densitas air laut tergantung pada suhu (t) dan salinitas (s) sampel dan juga tekanan air laut ρ sebagai hasil dari kompresibilitas air. Temperatur, salinitas dengan densitas memiliki hubungan yang sangat erat, dimana densitas akan meningkat jika salinitas bertambah atau suhu berkurang. Akan tetapi, tidak selamanya densitas meningkat seiring dengan penurunan suhu, hal ini karena adanya sifat anomali air (Jumiarti, dkk., 2014).
Massa-massa air analog dengan massa-massa udara. Dapat dikenali dari kombinasi karakteristik temperatur dan salinitas dan properti lain. Batas massa-massa air berkaitan terhadap sistem arus permukaan oleh angin. Massa air bawah permukaan mempunyai kisaran temperatur dan salinitas yang kecil yang diperoleh dari kondisi permukaan daerah sumber dimana massa air tersebut terbentuk dan turun akibat peningkatan densitas. Gerakan massa air bawah permukaan dibangkitkan oleh densitas dan disebut sirkulasi termohalin. Temperatur dan salinitas mengontrol densitas, tetapi tekanan juga merupakan faktor penting. Tekanan bertambah secara linear terhadap kedalaman di laut karena sifat kemampatan air. Udara dingin naik secara adiabatik akibat ekspansi dengan turunnya tekanan. Air dipanaskan secara adiabatik akibat peningkatan tekanan dan sedikit pernambahan kemampatan terhadap kedalaman. Temperatur potensial (θ) air adalah pengukuran temperatur insitu setelah dikoreksi pemanasan adiabatic (Supangat dan Susana, 2009).
Sumber Referensi:
Supangat, A dan Susana. 2009. Pengantar Oseanografi. Universitas Diponegoro, Semarang
Anzari, R. 2013. Suhu Air Laut. http://ridhoanzari.blogspot.co.id/ diunggah pada 12 Mei 2013
Setiawan, A. 2013. Faktor Salinitas Air Laut. https://geograph88.blogspot.co.id/
Jumiarti, A. Pratomo dan D. Apdillah. 2014. Pola Sebaran Salinitas dan Suhu di Perairan Teluk Riau Kota Tajung Pinang Provinsi Kepulauan Riau
Yuliantosutejo. 2012. Penggunaan Softwere Ocean Data Vie (OVD). Universitas Sriwijaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar